Selasa, 29 Juni 2010

Pesankan Saya Tempat di Neraka !!!


Sebuah kisah dimusim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al Manar  mengisahkannya…

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah, untuk tetap  mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan  akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan  menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa  dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi.Dalam  sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus. 
Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar.

Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu  mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan  sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak  setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya  mengingatkan. Bahwa pakaian seperti itu bisa  mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi  dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga  melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda  tersebut?  Dengan ketersinggungan yang sangat ia  mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa  privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya  adalah hak prerogatif seseorang.

“Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!!  Sebuah respon yang sangat frontal.  Dan sang bapak pun hanya beristighfar. Ia terus  menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening.  Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap  dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda  itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung  tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria.

Kini semua penumpang bersiap-siap untuk  turun. Tapi mereka terhalangi oleh perempuan  muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia  berada didekat pintu keluar. “Bangunkan saja!”  begitu kira-kira permintaan para penumpang.

Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda  tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui  ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus  beristighfar, menggumamkan kalimat Allah  sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk  disampingnya.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam  keadaan  menantang Tuhan. Seandainya tiap orang  mengetahui akhir hidupnya….
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat…
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk…

Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah…
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya. Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera  sadar…
mumpung kesempatan itu masih ada.